Musnah Riba
Saya nulis ini sambil mewek..
Bukan sekali dua kali.. tiap aksi di desa pelosok, ga pernah saya pulang dgn tangan kosong..
Selalu ada buah tangan..
Pernah satu ketika saya diberi kerupuk.. saat pulang menyambangi mbah tua sebatangkara di sebuah desa.
Kesedihan kami mmelihat kehidupan beliau.. tak membuaat beliau meng-eksploitasi diri..
” Opo tho ning.. “. Kata2 beliau terbata.. merasa kehidupan beliau wajar saja. Tak ada yg perlu dikhawatirkan.
Dan bungkusan kerupuk itu adalah jamuan untuk kami.
*
Sangking seringnya menerima ucapan2 terimakasih..
Tim harus menempel POSTER “penolakan” hadiah untuk pedagang-pedagang yg menerima pinjaman bebas Riba di Divisi
MusnahRiba – RombongSedekah
.
Khawatir hadiah2 tsb bisa jatuh jadi RIBA atau SUAP..
Berbahaya
Dan semakin sering kiriman tak bertuan yg sampai.. ikan pindang, tempe, buah, nasi bungkus.. dan banyak lagi.
Begitulah kepolosan dan kearifan budaya lokal kita..
Ramah dan suka berbagi.. bukan ttg siapa kaya.. siapa yg harus menyantuni..
*
Tempe daun, Pisang, Lombok, Terong ini.. adalah oleh-oleh kiriman dari warga di Pojoklitih yg saya terima tadi.
Kami mengantar 41 ekor kambing ke desa ini.
Kambing2 tsb sdh dinantikan sejak pagi buta oleh para kamituo (kepala dusun) yg takk sabar menunggu.
13 dusun itu buanyak.
1 dusun bahkan ada yg berisi 300 KK.
Para perwakilan Kamituo yg bertanggung jawab pada beberapa dusun yg kami tunjuk sdh berpakaian rapi menanti di balai desa. Menunggu kiriman kambing kami.
Sedikitnya ada 5 Kamituo yg berkumpul pagi tadi. Mereka harus tepat waktu, karena tak ada sinyal hape.
Komunikasi benar-benar harus dimantapkan saat menentukan meeting point. Tak boleh ada pembatalan.. krn salah satu kamituo bahkan harus memancal sepedanya puluhan kilo..
Senang sekali..
Oleh-oleh ini berharga sekali.. berharga sekali!