Macam macam rezeki menurut Islam ada banyak jenisnya. Sebagai seorang hamba yang taat, seorang muslim wajib mengetahui berbagai macam pembagian rezeki.
Banyak dari umat manusia saat ini yang merasa bahwa rezeki yang diterimanya tak sesuai dengan harapan. Berbagai faktor agaknya menjadi sebab munculnya pemikiran seperti itu. Salah satu faktor pemicunya adalah pemahaman yang keliru tentang rezeki termasuk makna dan macam-macam rezeki.
Dengan standar zaman materialistis seperti sekarang, sebagian besar manusia menganggap rezeki hanya terbatas pada materi. Seorang hamba yang mampu berpikir secara mendalam, tentu memiliki pemahaman yang lebih luas dalam hal rezeki ini.
Definisi dan Makna Rezeki
Pemahaman akan rezeki di tengah sebagian besar umat muslim masih cukup banyak yang keliru. Sehingga sangat sulit untuk menghadirkan rasa syukur atas berbagai nikmat yang selalu dilimpahkan Allah SWT pada hamba-Nya dengan pemahaman yang keliru tersebut.
Pemahaman yang benar akan membuat pemikiran lebih luas dan menyeluruh untuk menyikapi suatu hal termasuk untuk permasalahan rezeki. Dengan memahami makna dan hakikat hakikat rezeki secara benar, diharapkan mampu membuat seorang hamba lebih mensyukuri apa yang dimilikinya saat ini.
- Definisi Rezeki dalam Bahasa Indonesia
Berdasarkan KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata rezeki sendiri memiliki 2 arti. Arti yang pertama adalah segala hal (pemberian dari Allah) yang bermanfaat dalam memelihara kehidupan seorang hamba misal makanan, udara, dan lainnya.
Sedangkan arti yang kedua adalah sebuah kiasan terhadap pendapatan, keuntungan, peluang dan kesempatan mendapatkan makanan, uang, dan berbagai hal yang dapat digunakan untuk hidup.
- Definisi Rezeki dalam Etimologi Bahasa Arab dan Ulama
Kata rezeki berakar dari bahasa Arab yakni ‘rizqi’ yang secara etimologi memiliki arti pemberian. Sedangkan menurut istilah, ‘rizq’ memiliki arti sebagai segala sesuatu pemberian Allah SWT bagi makhluk ciptaan-Nya untuk dikonsumsi oleh mereka baik itu yang halal maupun yang haram.
Kata ‘rizq’ juga dapat digunakan untuk arti pendapatan, kekayaan, nafkah berupa uang, dan hal yang berguna baik untuk fisik atau jiwa. Ulama Sayyid Qutb sendiri mendefinisikan rezeki sebagai udara, kehidupan, kesehatan, dan berbagai hal yang bermanfaat.
Sedangkan Buya Hamka mengartikan rezeki sebagai karunia ataupun pemberian yang dilimpahkan Allah SWT bagi makhluknya yang bermanfaat untuk kehidupannya. Di sisi lain, Al Quran seringkali mengaitkan rezeki dengan kasih sayang (rahmah), keutamaan atau karunia (fadl).
Macam-Macam Rezeki Berdasarkan Istilah
o Rezeki Umum
Rezeki dalam kategori umum adalah segala sesuatu yang memiliki manfaat bagi tubuh makhluk hidup, dalam hal ini khususnya adalah manusia. Contohnya seperti rumah, harta, kesehatan, kendaraan, dan masih banyak lainnya, baik yang didapatkan secara baik (halal) ataupun buruk (haram).
Mereka yang mendapatkan rezeki umum ini tak terbatas pada umat muslim saja, melainkan seluruh makhluk khususnya manusia, baik itu muslim ataupun mereka yang kafir. Banyak atau sedikitnya pemberian rezeki umum tidak menunjukkan kemuliaan dari seseorang di hadapan Allah SWT.
Hal tersebut telah ditegaskan pada Al-Quran Surah Al Fajr di ayat 15 dan 16, yang berbunyi:
فَأَمَّا الْإِنسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ
“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku” . (QS. Al Fajr :15-16)
Seorang ulama besar yakni Ibnu Katsir (rahimahullah) menjelaskan maksud ayat tersebut adalah sebuah bentuk pengingkaran Allah Ta’ala terhadap keyakinan sebagian manusia yang menganggap besar kecilnya rezeki dari Allah menunjukkan derajat kemulian mereka.
Sesungguhnya, semua kemuliaan dari seorang hamba di hadapan Allah terletak pada ketaatannya kepada Allah SWT. Banyak serta sedikit rezeki duniawi merupakan ujian semata dan bukanlah standar dari kecintaan Allah kepada hamba-Nya.
o Rezeki Khusus
Yang dimaksud khusus dari macam-macam rezeki dibagian ini adalah segala hal yang bermanfaat dalam menegakkan agama dan keimanan seseorang.
Termasuk dalam rezeki khusus ini adalah ilmu dan amal shalih serta semua rezeki halal dan penuh berkah yang membuat seseorang lebih taat kepada Allah Ta’ala.
Rezeki inilah yang menjadi perhatian khusus dari Allah untuk hamba-hamba yang dicintai-Nya. Ulama sepakat bahwa rezeki yang hakiki adalah rezeki khusus yang senantiasa dapat menghantarkan seorang hamba kepada kebahagiaan sejati baik di dunia maupun di akhirat.
Rezeki ini oleh Allah dikhususkan untuk hamba yang mukmin, dimana Allah menyempurnakan keutamaan yang dimiliki hamba-Nya. Hal ini sebagaimana yang termaktub pada Surah Ath Thalaq ayat 11 yang berbunyi:
وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ وَيَعْمَلْ صَالِحاً يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً قَدْ أَحْسَنَ اللَّهُ لَهُ رِزْقاً
“Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang saleh niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya Allah memberikan rezeki yang baik kepadanya “ (QS. Ath Thalaq:11).
Macam-Macam Rezeki Berdasarkan Bentuknya
Rezeki dalam Islam ada berapa? Bila melihat pembagian rezeki yang ditinjau dari bentuknya, maka rezeki terdiri atas 2 macam, yakni:
o Material
Rezeki ini bisa diartikan sebagai rezeki berwujud serta dapat langsung dirasakan manusia. Yang termasuk ke dalam kategori rezeki material berupa benda seperti makanan, rumah, pakaian, dan seluruh benda yang berwujud.
Sebagaimana namanya, rezeki material adalah sesuatu yang berwujud materi dan biasanya difungsikan untuk memenuhi segala kebutuhan hidup manusia.
o Non Material
Rezeki non-material adalah rezeki yang tak terlihat secara indrawi manusia. Akan tetapi, rezeki jenis ini tetap mampu dirasakan manfaatnya oleh manusia.
Yang termasuk di dalamnya antara lain seperti kesehatan, anak sholeh dan solehah, ketenangan hati, keberkahan dalam hidup, saling mencintai dan dicintai, dan sebagainya. Meski tidak terdiri dari unsur materi di dalamnya, bukan berarti rezeki non-material kurang signifikan fungsinya.
Justru rezeki ini begitu dibutuhkan karena menyangkut ruh dari segala sesuatu yang berbau materi. Sebagai misal, tanpa ketenangan batin mustahil seseorang untuk dapat bekerja mencari uang dengan tenang.
Macam-Macam Rezeki dari Perspektif Aqidah
Peninjauan berdasarkan aqidah terhadap macam-macam rezeki telah dikemukakan oleh seorang ulama yaitu Dr. Abad Badruzzaman yang membaginya menjadi 3 macam. Ketiga macam rezeki tersebut antara lain:
o Rezeki yang Dijamin
Rezeki ini merupakan rezeki yang telah ditetapkan Allah Ta’ala bagi tiak-tiap mahluk-Nya. Berbagai ketetapan yang dimaksud dapat meliputi semua unsur seperti waktu, macam, kadar, rupa serta temporalnya.
Sudah jelas bahwa Allah memberikan jaminan rezeki bagi seluruh makhluk-Nya. Akan tetapi, jaminan tersebut tidaklah sama dalam hal jumlah antara satu makhluk dan makhluk lainnya. Jadi, secara kadar setiap makhluk, khususnya manusia, mendapatkan kadar rezeki yang berbeda.
Secara eksplisit, hal ini dapat terlihat misalnya pada seseorang yang secara kadar rezekinya melimpah dan membuat dirinya mampu untuk bertahan hidup dari tahun ke tahun.
Di sisi lainnya, dijumpai pula seorang bayi yang hanya beberapa jam saja hadir di dunia karena keterbatasan rezeki yang diberikan Allah kepadanya.
Terkait kadar rezeki yang tak sama bagi tiap makhluk, telah ada ketetapan atas hal ini bagi tiap mahluk dalam hukum alam dan sunatullah. Hal ini disampaikan Allah di dalam Al-Quran pada Surah Hud ayat ke-6 yang berbunyi:
وَمَا مِنۡ دَآ بَّةٍ فِى الۡاَرۡضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزۡقُهَا وَيَعۡلَمُ مُسۡتَقَرَّهَا وَمُسۡتَوۡدَعَهَاؕ كُلٌّ فِىۡ كِتٰبٍ مُّبِيۡنٍ
“Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan di mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).”
Ayat tersebut secara jelas telah menyatakan bahwa Allah menjamin rezeki tak terkecuali bagi binatang melata. Penetapan rezeki tersebut merupakan takdir yang sudah ditetapkan Allah dan sudah tercatat pada Lauh Mahfuzh.
Sebab itulah rezeki merupakan bentuk realisasi dari ketetapan takdir sehingga tidak dapat diubah lagi dan harus berjalan sebagaimana mestinya atau disebut sebagai takdir mubram. Hal inilah yang terkadang tidak dipahami dengan baik oleh manusia dan menganggap Allah mengesampingkannya.
o Rezeki yang Dibagikan
Rezeki yang termasuk pada rezeki yang dibagikan adalah rezeki yang masih dapat berubah kadarnya atau masih dapat bertambah seiring berjalannya waktu. Rezeki yang masih dapat berubah ini semuanya tergantung dari makhluk yang bersangkutan.
Jelasnya, rezeki tersebut akan diperoleh sebagaimana usaha yang dilakukan seorang hamba. Hal ini termaktub pada Al Quran tepatnya pada Surah Al-Ra’d ayat ke 11 yang berbunyi:
لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚوَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ
“Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.
Ayat tersebut menyinggung etos atau besarnya usaha yang dilakukan seorang hamba, dimana Allah akan memberikan rezeki kepada seorang hamba berdasarkan besaran usaha yang dilakukan dalam menjemput rezeki.
Allah menyerahkan sepenuhnya kepada hamba-Nya untuk mengubah (kadar rezekinya) dan senantiasa memberikan kesempatan untuk hamba-Nya agar aktif melakukan hal tersebut.
Rezeki inilah yang menjadi rezeki paling sering dicari umat manusia. Dimana mereka bekerja keras demi memperoleh rezeki untuk meraih kebahagian. Karena itulah jenis rezeki ini dapat dikatakan diperoleh melalui hukum alam atau sunnatullah.
Rezeki ini masuk ke dalam takdir muallaq dimana ketentuannya masih dapat berubah tergantung pada makhluk itu sendiri. Sejauh mana perubahan yang terjadi didasarkan pada seberapa besar usaha yang dilakukan.
Termasuk juga di dalamnya potensi atas usaha yang dilakukan serta berbagai faktor terkait yang secara empiris dapat ditakar. Harus dicermati, bahwa seseorang yang mengidap penyakit gangguan jiwa sekalipun juga memperoleh rejeki, begitu juga burung-burung mungil dipucuk pohon sana.
Akan tetapi berbagai rezeki yang diperoleh bukanlah termasuk ke dalam rezeki jenis ini. Bekerja dan berusaha merupakan kewajaran dari hakikat menjalani kehidupan ini. Allah telah menyediakan bumi dan isinya untuk keperluan tersebut.
Tidak hanya sebagai tempat berpijak semata, tetapi lebih dari itu, bumi merupakan bukti kasih sayang Allah kepada Mahluk-Nya dan merupakan salah satu bentuk rezeki itu sendiri.
Allah senantiasa memperhatikan hamba-hamba-Nya dalam berjuang dalam kehidupannya. Hanya saja sebagai hamba-Nya, manusia sering tidak memahami dan menyadari hal tersebut dan hanya fokus pada keluh kesahnya sendiri.
Bumi adalah rezeki itu sendiri, dimana dengan rejeki tersebut Allah menghantarkan makhluknya untuk memperoleh rezeki selanjutnya. Bumi merupakan kehidupan manusia, sebab itulah manfaatkan kehidupan tersebut demi rezeki yang berkah dari Maha Pemberi Rezeki.
Seperti yang telah ditegaskan dalam Al Quran pada Surah Al Mulk ayat ke 15 yang berbunyi:
هُوَ الَّذِىۡ جَعَلَ لَـكُمُ الۡاَرۡضَ ذَلُوۡلًا فَامۡشُوۡا فِىۡ مَنَاكِبِهَا وَكُلُوۡا مِنۡ رِّزۡقِهٖؕ وَاِلَيۡهِ النُّشُوۡرُ
“Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan”.
o Rezeki yang Dijanjikan
Sebagaimana dengan rezeki yang dibagikan, rezeki yang dijanjikan ini masuk ke dalam kategori takdir muallaq. Oleh karena itu, rezeki jenis ini pun masih dapat berubah dalam hal kadarnya. Sebagai hamba-Nya, manusia harus secara aktif berusaha untuk menjemputnya.
Letak perbedaannya adalah bila rezeki yang dibagikan diperoleh dengan cara berusaha dan bekerja, maka rezeki yang dijanjikan diperoleh dengan jalur yang disebut ketakwaan.
Rezeki jenis ini merupakan rezeki yang diberikan Allah kepada manusia yang telah berhasil memenuhi berbagai kriteria yang telah ditentukan Allah Azza Wa Jalla.
Berbagai kriteria yang dimaksud sejatinya begitu sederhana, yakni hanya menjadi seorang hamba yang mukmin dan selalu bertakwa. Ada juga kriteria selanjutnya, yakni selalu beramal shalih dan berperilaku baik sesuai dengan apa yang telah diatur dalam Islam.
Adalah sulit bila kriteria-kriteria tersebut tidak didasarkan pada dasar-dasar yang jelas serta gamblang. Oleh sebab itu, diperlukan sebuah rumusan dalam mempermudah pelaksanaannya. Berbagai rumusan tersebut tentu saja telah disiapkan oleh Allah melalui Al Quran dan Hadist Nabi.
Telah terbukti bahwa untuk menjemput rezeki jenis ini tidak didapatkan dengan cara berusaha atau bekerja. Namun rumusan-rumusan tersebut berada pada jalur berikhtiar serta bertawakal yang dilakukan sekaligus secara bersamaan.
Macam-Macam Pintu Rezeki Lain Dalam Al-Qur’an
Selain beberapa macam rezeki diatas, ada berbagai jalan rezeki lainnya yang termaktub dalam kitab suci Al-Qur’an. Beberapa pintu rezeki tersebut meliputi:
o Rezeki karena Bertakwa
Terdapat rumusan sederhana perihal rezeki, yakni ketaatan senantiasa menambahkan rezeki seorang hamba. Begitupun sebaliknya, dimana kemaksiatan akan membuat rezeki rusak nilainya.
Seringkali rezeki ini dikenal dengan istilah rezeki yang tak terduga. Tak terduga bagi hamba Allah yang senantiasa berjalan pada ketakwaan yang ikhlas.
Semua dijalani dengan sikap berbaik sangka kepada Allah, sehingga Allah tak akan enggan mengganjar hamba yang berkhusnudzon kepada-Nya dengan limpahan rezeki.
Hal ini sebagaimana yang disampaikan Al Quran pada Surah At Thalaq pada ayat 2 dan 3 yang berbunyi:
َّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
“dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu”.
Hal ini juga semakin dipertegas pada Surah Al A’raf ayat ke 96, yang berbunyi:
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan”.
Berdasarkan ayat-ayat tersebut, maka jelaslah bahwa apa yang disebut sunnatullah selalu akan berlaku bagi setiap makhluk-Nya.
Bagi seorang mukmin yang selalu bertakwa sepenuh hatinya, maka adalah rezeki untuk diri hamba tersebut berupa terbukanya berkah Allah kepada dirinya tanpa ada batasan dari segala penjuru arah.
Namun dari ayat tersebut juga dijelaskan bahwa walau ketakwaan serta keimanan seseorang yang tinggi akan menambahkan rezekinya, namun tetap seorang hamba tidak diperkenankan untuk meninggalkan ikhtiar.
Bukankah dengan tetap berikhtiar di jalur yang diridhoi Allah merupakan salah satu bentuk ketakwaan itu sendiri? Selain itu, ini merupakan salah satu wujud rasa syukur atas segala nikmat Allah dengan terus berusaha tanpa enggan berdiam diri.
o Rezeki dari Bersyukur
Betapa besar keutamaan bersyukur telah berkali-kali ditegaskan Allah SWT dalam Al-Quran. Bahkan Allah berjanji bahwa mereka yang pandai bersyukur atas nikmat yang diberikan maka akan dilipatgandakan nikmat Allah yang diberikan.
Begitu pula sebaliknya, bagi mereka yang tak pandai bersyukur akan diberikan azab yang sangat pedih. Al-Quran Surah Ibrahim ayat 7 dengan tegas menjelaskan hal ini:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS Ibrahim ayat 7).
o Rezeki karena Menikah
Sebagai salah satu amal penyempurna ibadah, kedudukan menikah sangat dianjurkan oleh Allah SWT dan Rasulullah. Bahkan disebutkan bahwa tidak akan sempurna ibadah seseorang bila ia tidak melaksanakan sunnah Nabi yang satu ini.
Bagi mereka yang menikah, Allah berjanji untuk melancarkan rezeki baginya. Allah telah berkali-kali menyebutkan bahwa rezeki mereka yang menikah akan dicukupkan sehingga tak ada yang perlu ditakutkan dengan menikah.
Meski ada sebagian masyarakat yang beranggapan bahwa dengan menikah maka akan seret rezeki seseorang, sungguh hal ini sama sekali tidak berdasar. Kebijakan perusahaan yang ada kalanya mensyaratkan calon pegawainya tidak menikah untuk dapat diterima sebenarnya patut direvisi.
Berikut ayat Allah yang menegaskan hal ini:
وَاَنْكِحُوا الْاَيَامٰى مِنْكُمْ وَالصّٰلِحِيْنَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَاِمَاۤىِٕكُمْۗ اِنْ يَّكُوْنُوْا فُقَرَاۤءَ يُغْنِهِمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
“Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui. (QS An-Nur ayat 32).
Salah satu wujud rasa syukur atas segala kenikmatan yang diberikan Allah adalah dengan mau berbagi kepada sesama. Bagi mereka yang lapang maupun sempit hal ini sama-sama ditekankan. Dengan macam-macam rezeki yang telah dilimpahkan Allah, hendaknya bersedekah tidak ditinggalkan.
Ada banyak jenis berbagi yang bisa Sahabat lakukan, misal amalan sunnah seperti sedekah kepada dhuafa di pelosok desa, sedekah kepada dhuafa, wakaf untuk pembangunan dan lain sebagainya.
Namun perlu sahabat ketahui bahwa ada satu jenis berbagi yang wajib dilakukan yaitu zakat jika sudah sesuai dengan ketentuan melalui kadar dan nishabnya.
Yuk berbagi melalui Rombong Sedekah, lembaga yang sudah dipercaya puluhan ribu donatur.